a. Tes HIV adalah suatu tes darah yang khusus dipakai untuk memastikan seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak.
b. Terjadinya infeksi HIV ini dapat dideteksi dengan mengetes
adanya zat anti atau disebut anti bodi terhadap HIV di dalam darah seseorang. Oleh sebab itu tes semacam ini secara lengkap disebut tes antibodi HIV, walaupun kadang orang sering menyebut: Tes HIV saja. Jadi tes ini tidak untuk melihat adanya virus dalam darah penderita. Tes jenis inilah yang umumnya dipakai untuk penyaringan atau skrining darah donor sebelum transfusi darah diberikan.
Walaupun demikian, terdapat juga tes untuk mengetahui adanya partikel virus atau HIV itu sendiri, atau disebut antigen, yang dilakukan untuk tujuan tertentu.
c. Bila tubuh kita kemasukan suatu bibit penyakit. baik itu suatu bakteri, virus, atau lainnya (ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat zat anti untuk melawan antigen tersebut. Zat anti ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah dapat dideteksi dengan pemeriksaan menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagensia). Tubuh membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi, yang kemudian dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
d. Pada infeksi HIV, adanya antibodi yang dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium ini adalah setelah 1 sampai 6 bulan seseorang terinfeksi atau tetular HIV. Sedangkan sebelum waktu ini, permeriksaan darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV (disebut hasil tes negatif) walaupun sebenarnya di dalam tubuhnya sudah ada HIV. Periode inilah yang dikenal dengan sebutan periode jendela (window period). Walaupun peimeriksaan darahnya masih negatif namun orang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
2. Macam-macam Tes untuk Mendeteksi Infeksi HIV
Dikenal dua macam tes yang saat ini sering dipakai untuk menentukan adanya antibodi HIV,yaitu :
a. Tes secara Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
b. Tes secara Immunoblot atau Western Blot
Pemeriksaan adanya antibodi terhadap HIV secara Elisa dipakai untuk penyaringan adanya infeksi HIV atau skrining darah donor transfusi darah. Hasil positif dari tes Elisa ini, yang artinya kemungkinan ada antibodi terhadap HIV, masih perlu dipastikan dengan pemeriksaan lanjutan melalui tes secara Western Blot.
Perneriksaan secara Western Blot ini lebih spesifik terhadap HIV, walaupun lebih mahal dan lebih sulit dilakukan. Oleh sebab itu cara Western Blot tidak digunakan untuk penyaringan, tetapi seperti telah disebutkan, digunakan untuk memastikan hasil tes Elisa.
3. Hasil tes HIV
a. Hasil tes positif(+) berarti seseorang mempunyai antibodi (zat anti) terhadap virus HIV, dengan demikian ia tentu telah terinfeksi HIV.
Hasil positif ini juga berarti, orang tersebut dapat menularkan HIV kepada orang lain.
b. Hasil tes negatif dapat berarti:
1.) Orang tersebut tidak terinfeksi HIV
2.) Orang tersebut terinfeksi HIV, tetapi tes tersebut dilakukan pada “periode jendela” yaitu masa 1-6 bulan sejak orang tersebut terinfeksi HIV. Tubuh masih belum membentuk anti bodi, oleh karena anti bodi baru terbentuk 1-6 bulan setelah infeksi.
c. Hasil tes Elisa yang positif, harus dipastikan dengan cara Western Blot
d. Bila hasil tes negatif, maka untuk memastikan, tes di ulangi lagi setelah 3-6 bulan.
4. Penerapan Tes HIV
Tes HIV wajib dilakukan terhadap darah transfusi, alat tubuh atau jaringan tubuh, sel telur atau sperma yang disumbangkan atau didonorkan.
Namun tes HIV sebaiknya dilakukan pada mereka yang:
• Mempunyai perilaku berisiko tinggi
• Pernah menjalani transfusi darah beberapa tahun yang lalu
• Tidak sembuh-sembuh dari gejala demam , batuk atau diare yang lama.
• Mengalami penurunan berat badan yang banyak tanpa sebab – sebab yang jelas
• Orang yang kuatir sudah tertular HIV
5. Manfaat tes HIV
a. Diketahuinya status HIV (positif / negatif), apalagi bila tes dilakukan lebih dini berarti adanya infeksi diketahui sejak dini. Dengan demikian dapat segera dimulai upaya-upaya perawatan agar gejala AIDS tidak segera muncul.
b. Namun di samping manfaat ini, ada juga dampak negatif yang mungkin diderita oleh sebagian orang sebagai akibat tes HIV. Bagi mereka yang diberi tahu hasil tes HIV-nya positif, merasakan adanya masalah yang berat sehingga dapat terjadi gangguan emosi, rasa terpukul yang hebat juga dapat terjadi, karena adanya stigmatisasi terhadap mereka, berupa tindakan diskriminasi atas berbagai hal, seperti tempat tinggal/perumahan, pekerjaan, pendidikan atau lain-lain serta penderita mungkin dikucilkan.
Oleh sebab itulah informasi yang benar dan tepat perlu disebarluaskan di kalangan masyarakat dan disemua sektor kehidupan, agar stigmatisasi, dan diskriminasi terhadap pengidap HIV tidak terjadi
6. Persyaratan Tes HIV
Agak berbeda dari tes-tes atau pemeriksaan taboratorium lainnya maka ada persyaratan khusus untuk menjalani tes HIV, yaitu:
a. Harus dilaksanakan dengan sukarela
b. Seseorang yang akan di tes harus diberikan informasi yang lengkap dan benar mengenai tes HIV. Sesudah ia memahami benar-benar mengenai tes, maka. ia harus memberikan persetujuan tertulis (informed consent)
c. Kepada orang yang akan menjalani tes harus diberikan konseling sebelum tes dan sesudah tes. Konseling ini dimaksudkan antara lain untuk membantu mempersiapkan mental penderita dan mengatasi masalah yang mungkin dihadapi.
d. Hasil tes dirahasiakan
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN H I V/AIDS
Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan maupun vaksin untuk mencegah penyakit ini. Upaya-upaya pencegahan harus dikaitkan dengan bagaimana penularan AIDS dapat terjadi, yang telah dibicarakan sebelumnya.
1. Pencegahan Penularan melalui hubungan Seksual
Telah kita ketahui bahwa infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan paling penting. Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggungjawab, yaitu:
- Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (abstinence). Hubungan seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah
- Bila telah menikah, hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan.sendiri, yaitu suami atau isteri sendiri. Tidak mengadakan hubungan seksual di luar nikah. (Be Faithful).
- Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV maka dalam melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom (Condom) secara benar dan konsisten.
Ketiga konsep pencegahan di atas ini dikenal dengan istilah ABC (Abstinence, Be Faithful, condom).
- Mempertebal iman dan takwa agar tidak terjerumus ke dalam hubungan-hubungan seksual diluar nikah.
2. Pencegahan Penularan melalui Darah
Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah maupun produk darah dan plasma.
a. Transfusi darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV (+) atau mengindap virus HIV dalam darahnya, untuk tidak menjadi donor darah. Begitu pula dengan mereka yang mempunyai perilaku berisiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan.
b. Penggunaan produk darah dan plasma
Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka terhadap produk darah dan plasma (cairan darah) harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c. Penggunaan alat suntik, dan alat lain yang dapat melukai kulit.
Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk tindik, perlu memperhatikan masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi dengan pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.
3. Pencegahan Penularan dari Ibu kepada Anak
Seorang ibu yang terinfeksi HIV, risiko penularan terhadap janin yang dikandungnva atau bayinya cukup besar, kemungkinannva sebesar 30-40 %. Risiko itu akan semakin besar bila si ibu telah terkena atau menunjukkan gejala AIDS. Oleh karena itu, bagi seorang ibu yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang kehamilan.
Risiko bagi bayi terinfeksi HIV melalui susu ibu sangat kecil, sehingga tetap dianjurkan bagi si
ibu untuk tetap menyusukan bayi dengan ASI-nya.
Melihat kondisi-kondisi di atas, yang bisa kita lakukan untuk pencegahan penyebaran HIV adalah berperilaku yang bertanggung jawab baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain, dan berperilaku sesuai dengan tuntutan norma agama dan sosial yang berlaku dimasyarakat.
Di samping itu, menyebarkan informasi tentang HI V / AIDS adalah cara lain untuk melindungi
teman, keluarga, dan lingkungan dari penyebaran HIV/AIDS.
Hal ini dapat diwujudkan dalam kegiatan sederhana:
1) Berikan informasi yang benar dan tepat yang sudah anda terima kepada lingkungan anda sendiri. Misalnya: keluarga, teman-teman, tetangga dan lain-lain.
2) Jika dalam percakapan sehari-hari anda mendengar informasi yang salah tentang HIV/AIDS, langsung diperbaiki dengan cara yang benar.
Dalam lingkungan sekolah antar institusi pendidikan
1) Mengusulkan adanya diskusi dan seminar atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pencegahan HIV/AIDS.
2) Mengadakan kegiatan lain yang berkaitan dengan masalah HIV/AIDS, misalnya lomba poster, lomba mengarang, dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ada beberapa hal penting dalam mengurangi risiko terjadinya penularan HIV/AIDS.
1). Tidak melakukan hubungan seks, bagi yang belum nikah.
2). Selalu menghindarkan diri dari penggunaan obat-obat terlarang (narkotik, heroin, ganja, dan lain-lain).
3). Menjauhkan diri dari minuman yang bisa memabukkan.
4). Sebaiknya tidak menggunakan alat-alat seperti alat suntik, alat tindik, alat tatto, pisau cukur, atau sikat gigi bersama orang lain.
5). Selalu membersihkan (mensterilkan) peralatan medis atau non medis, khususnva yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
0 komentar:
Posting Komentar